Suara Kupang – Longsor yang kerap terjadi di kilometer 17 hingga kilometer 21 dari arah Kota Ende menuju Kecamatan Detusoko setiap musim hujan membuat pengguna jalan Trans Flores Maumere-Ende harus lebih waspada dan berhati-hati saat melintas di ruas jalan itu terutama di wilayah Desa Roa, Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende.
Longsor terbaru terjadi pada Selasa, 18 Desember 2024 pagi, setelah sebelumnya pada Senin, 16 Desember 2024, material longsor sempat menutupi sebagian badan jalan.
Pantauan POS-KUPANG.COM, material longsor yang jatuh dari tebing bukit masih terus menghalangi jalan utama yang menghubungkan Maumere dan Ende.
Alat berat langsung dikerahkan untuk membersihkan sisa-sisa longsoran yang menutup hampir seluruh badan jalan, namun proses pembersihan terkendala oleh tanah yang terus mengguyur dari atas tebing.
Akibat longsor ini, puluhan kendaraan dari kedua arah, baik yang menuju Maumere maupun Ende, terpaksa antre panjang.
Proses pembersihan yang masih terus berlangsung memaksa pengendara menunggu giliran untuk melintas, sementara material longsor terus berjatuhan.
Sejumlah pengendara terlihat mengurangi kecepatan dan berhati-hati, mengingat kondisi jalan yang masih rawan.
Kepala Satuan Kerja (Kasatker) PJN 4 NTT, Wilhelmus Sugu Djawa saat dikonfirmasi TribunFlores.com, Rabu, 18 Desember 2024 mengatakan, guna mengantisipasi terjadinya longsor susulan, pihaknya menyiapkan satu buah alat berat di lokasi longsor.
“Tadi sekitar 05.30 WITA saya dapat laporan ada longsoran di Km 21 plus 850 di Roa jadi tadi saya sudah konfirmasi dengan teman-teman di Ende dan PPK, jadi tadi itu sudah langsung antisipasi dengan membuka itu dan tadi jam 12.22 WITA sudah bisa lewat, memang untuk sementara sudah bisa lewat tetapi kami akan lakukan pembersihan lanjutan itu tetap ada,” kata Wilhelmus Sugu Djawa.
Dikatakan Wilhelmus, lokasi Km 21 plus 850 tepatnya di Desa Roa, Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende kerap menjadi langganan longsor. Setelah dilakukan penelitian, ternyata ditemukan retakan yang memanjang dengan posisi sejajar dengan badan jalan.
“Memang ada retakan di bagian atas, jadi kalau hujan sedikit, masuk disitu pasti dia runtuh jadi pemeliharaan dan antisipasi kami memang setiap kali runtuh kami bersihkan, kemungkinan longsor susulan kalau terjadi hujan dengan intensitas tinggi pasti ada makanya antisipasi kami di daerah itu kami tempatkan alat berat kami di sekitar situ karena lokasi kami dari Km 17, 18 sampai dengan 21 itu memang dia rawan longsor,” ungkap Wilhelmus.
Retakan itu, kata dia, apabila dilihat dengan menggunakan drone bentuknya memanjang searah jalan.
“Kita lihat lewat drone jadi memang ada sempat terjadi gempa sehingga dia sepertinya bergeser, jadi ada retakan memanjang,” ujar Wilhelmus yang belum bisa memastikan panjang retakan tersebut.
Dia berharap, kondisi retakan itu tidak memperparah longsoran hingga material menutup seluruh badan jalan yang bisa mengakibatkan lumpuhnya arus transportasi di Pulau Flores.
“Tapi kita tidak tahu juga, yang namanya alam inikan, kadang-kadang prediksi kita juga salah, tetapi semakin tinggi curah hujan itu semakin besar kemungkinan bahwa dia akan longsor lagi,” tambah dia.
Source : https://kupang.tribunnews.com