Apakah Hizbullah Bisa Bangkit Balas Israel usai Kematian Nasrallah

Written by on

Suara Kupang – Kematian Hassan Nasrallah akibat serangan udara israel pada Jumat (27/9) lalu disebut menjadi “pukulan telak” bagi kelompok milisi Hizbullah di Lebanon.

Selama lebih dari tiga dekade, Nasrallah merupakan “wajah dan otak” Hizbullah. Dia yang punya peran merencanakan dan memberikan “lampu hijau” untuk serangan maupun negosiasi dengan aliansi politik lainnya.

Mendiang Nasrallah juga berperan sebagai tokoh pemersatu yang karismatik bagi para anggota dan pengikut Hizbullah, di mana pidato-pidatonya kerap menyuarakan perjuangan melawan Israel.

Kematian Nasrallah kemudian menjadi pertanyaan krusial, bagaimana dan apakah pasukan Hizbullah yang tersisa dapat membalas Israel?

Israel telah lama menganggap Nasrallah bukan hanya seorang teroris, tapi juga sosok licik di balik ancaman keamanan nasional bagi negara Zionis itu.

Militer Israel bahkan menggambarkan eskalasi mereka yang sangat cepat beberapa waktu terakhir terhadap Hizbullah sebagai upaya untuk menghancurkan milisi itu, supaya Israel tak perlu lagi mengirim pasukan darat melintasi perbatasan Lebanon untuk melemahkan kelompok tersebut.

Dilansir New York Times, kepergian Nasrallah disebut-sebut membuat Hizbullah tak punya lagi pemimpin yang memiliki kedudukan dan pengalaman yang setara dengan mendiang pemimpin berusia 64 tahun itu.

Meski demikian, para pejabat dan pengamat di Amerika Serikat mengatakan meski kematian Nasrallah adalah sebuah kerugian bagi Hizbullah, namun kelompok itu tak bisa dianggap sebelah mata.

Para pejabat AS kemudian mencontohkan kondisi di Gaza, di mana agresi Israel yang telah berlangsung selama 11 bulan terakhir pun tak mampu benar-benar mengalahkan milisi yang didukung Iran itu.

Jaringan terowongan Hamas di bawah Jalur Gaza membuat militer Israel sampai kebingungan. Bahkan, Hamas disebut-sebut mempelajari terowongan itu dari Hizbullah.

Seorang pejabat AS menyebut Hizbullah sebagai “kakak besar” bagi Hamas.

Menurut para pengamat, selama ini Israel juga telah menyerang jaringan terowongan Hizbullah dengan serangan artileri. Namun serangan-serangan itu hanya menimbulkan sedikit kerusakan.

“Lebanon adalah daerah yang sangat berbeda. Daerahnya bergunung-gunung, jadi lebih mudah untuk menyamarkan berbagai hal. Orang-orang ini [Hizbullah] bahkan mengebor bebatuan,” kata mantan wakil asisten sekretaris Pentagon untuk Timur Tengah, Dana Stroul.

Eks komandan direktur operasi militer Israel, Yaacov Ayish, mengatakan Israel sebelumnya telah menemukan terowongan di dekat perbatasan yang mencapai 65 yard di bawah tanah. Menurut Ayish, penghancuran terowongan di Lebanon selatan adalah proses yang rumit dan butuh bahan peledak besar.

Sebelum agresi Israel di Gaza pada Oktober lalu, Hizbullah sebenarnya sudah mulai menyerang Israel di utara sebagai bentuk solidaritas terhadap Hamas. Hizbullah diyakini merupakan pasukan militer non-negara, dengan perlengkapan terbaik di dunia.

Kelompok ini punya puluhan ribu pejuang dan lebih dari 100 ribu roket dan rudal, selain persenjataan yang canggih seperti pesawat nirawak, rudal berpemandu presisi, dan senjata antipesawat.

Namun tanggapan Hizbullah terhadap serangan Israel dalam dua minggu terakhir disebut melemah, karena Israel diduga sudah menekan kemampuan Hizbullah dengan meledakkan persediaan, menewaskan dan melukai para pejuang, dan mengganggu akses komunikasi Hizbullah.

Hizbullah juga tidak mengungkap kapasitas militernya dan belum mengumumkan berapa banyak pejuangnya yang tewas dalam beberapa minggu terakhir.

Selain itu meski peralatan militer mereka canggih, namun Hizbullah belum memiliki pemimpin lain yang memiliki status setara Nasrallah.

 

Source : https://www.cnnindonesia.com


Reader's opinions

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *



Current track

Title

Artist

Background
Open chat
Powered by