Suara Kupang – Banjir bandang dan longsor melanda Jepang sejak akhir pekan telah menewaskan enam orang per Senin (23/9). Sementara itu, tujuh orang lainnya juga masih dinyatakan hilang.
Petugas penyelamat, petugas pemadam kebakaran, dan polisi setempat telah dikerahkan pemerintah Jepang untuk menemukan para korban tersebut, menurut laporan lembaga penyiaran Jepang, NHK.
Takaya Kiso, seorang ayah dari gadis berusia 14 tahun yang hilang dalam insiden ini, berharap pemerintah bergerak cepat untuk menemukan para korban. Sebab, ia ingin putri kecilnya segera ditemukan.
“Saya ingin memeluknya,” kata Iso, seperti dilansir AFP.
Sebelumnya, hujan deras mengguyur daerah Ishikawa secara terus menerus selama 72 jam sejak Sabtu (21/9). Hujan deras ini membuat sungai yang terletak di Semenanjung Noto meluap dan mengakibatkan banjir yang berdampak ke sejumlah kota, seperti Wajima, Suzu, dan Noto.
Menurut keterangan seorang warga Wajima yang berusia 54 tahun, Akame Yamashita, air dari sungai tersebut meluap dengan cepat dan menggenangi jalan.
“Dalam waktu sekitar 30 menit, air meluap ke jalan dan dengan cepat. Naik setengah tinggi mobil saya,” kata Yamashita, seperti dikutip AFP.
AFP melaporkan banjir bandang ini telah merusak kamp pengungsian yang terletak di Ishikawa. Kamp pengungsian ini dibangun bagi para korban gempa bumi yang melanda wilayah tersebut pada 1 Januari 2024 lalu.
Lebih lanjut, menurut perusahaan listrik Jepang, Hiroku, banjir bandang ini juga membuat aliran listrik ke 3.700 rumah terhenti. Sementara itu, sebanyak 100 wilayah lainnya di Ishikawa terblokir akibat longsor.
Para ilmuwan berpendapat hujan deras yang menyebabkan banjir bandang dan longsor di Jepang merupakan imbas dari perubahan iklim. Seorang peramal cuaca dari Badan Meteorologi Jepang (JMA) juga telah mewanti-wanti warganya yang berada di wilayah rawan banjir untuk segera menyelamatkan diri.
Pada akhir pekan, pemerintah Jepang sudah memerintahkan aparat berwenang untuk mengevakuasi warga yang terdampak banjir. Namun, sebagian warga ada yang memilih untuk kembali karena ingin menyelamatkan rumah dan barang-barang mereka.
Source : https://www.cnnindonesia.com/