Studi: Panas Ekstrem dan Polusi Tingkatkan Risiko Serangan Jantung
Written by SKFM on 31 July 2023
Suara Kupang – Studi terbaru menunjukkan risiko serangan jantung yang mematikan bisa meningkat dua kali lipat ketika seseorang terpapar suhu udara yang sangat panas dan tingkat polusi partikel yang tinggi.
Penelitian yang diterbitkan pada hari Senin di jurnal Circulation tersebut menemukan bahwa suhu dingin yang ekstrem juga dapat membuat pasien berisiko lebih besar terkena serangan jantung yang fatal.
Penelitian ini mengamati lebih dari 202 ribu kematian akibat serangan jantung antara tahun 2015-2020 di provinsi Jiangsu, China.
Ditemukan bahwa ketika suhu udara sangat tinggi atau rendah, atau terdapat tingkat polusi partikel yang tinggi, terdapat risiko yang terkait secara signifikan bahwa seseorang akan meninggal akibat serangan jantung.
“Peristiwa suhu ekstrem menjadi lebih sering terjadi, lebih lama dan lebih intens, dan dampak buruknya terhadap kesehatan telah menimbulkan kekhawatiran yang semakin meningkat,” kata penulis senior Yuewei Liu, seorang profesor epidemiologi di School of Public Health di Sun Yat-sen University di Guangzhou, China.
Ketika terjadi cuaca panas yang ekstrem dikombinasikan dengan tingkat polusi yang tinggi, orang-orang menghadapi risiko terbesar untuk meninggal akibat serangan jantung.
Studi jitu uga menemukan bahwa orang tua dan wanita tampaknya paling berisiko terhadap hal ini.
Menurut Badan Perlindungan Lingkungan AS, partikulat, atau polusi partikel, adalah campuran tetesan padat dan cair yang mengambang di udara. Polusi ini dapat berupa kotoran, debu, jelaga, atau asap.
Polusi partikel berasal dari pembangkit listrik tenaga batu bara dan gas alam. Mobil, pertanian, jalan tak beraspal, lokasi konstruksi, dan kebakaran hutan juga dapat menghasilkan polusi ini.
Penelitian ini berfokus pada bahaya yang disebabkan oleh materi partikulat terkecil, yakni PM2.5. Partikel ini sangat kecil sehingga orang tidak dapat melihatnya dan dapat bergerak melewati pertahanan tubuh.
Alih-alih dikeluarkan melalui napas, partikel tersebut dapat tersangkut di paru-paru atau masuk ke dalam aliran darah. Partikel tersebut kemudian bisa menyebabkan iritasi dan peradangan dan dapat menyebabkan masalah pernapasan. Paparan jangka panjang dapat menyebabkan kanker, stroke, dan serangan jantung.
Pada hari-hari ketika polusi di atas 37,5 mikrogram per meter kubik dan gelombang panas berlangsung selama empat hari, risiko seseorang meninggal akibat serangan jantung menjadi dua kali lebih tinggi dari biasanya.
Sementara hari-hari dengan suhu dingin dan polusi tinggi tampaknya tidak memiliki peningkatan yang sama.
Suhu ekstrem tak berarti bahwa suhu harus mencapai 38 derajat celcius. Sebaliknya, suhu yang sangat tinggi dianggap berkisar antara 28-36,6 derajat celcius.
Pada suhu tersebut, selama terjadinya gelombang panas selama dua hari, risiko kematian akibat serangan jantung adalah 18 persen lebih tinggi. Angka tersebut 74 persen lebih tinggi selama gelombang panas empat hari ketika suhu berkisar antara 34-43 derajat celcius.
Selama cuaca dingin, ketika suhu berkisar antara 0-5 derajat celcius selama dua hari, risiko ini juga 4 persen lebih tinggi.
Pada akhirnya, para peneliti memperkirakan hingga 2,8 persen kematian akibat serangan jantung dapat dikaitkan dengan kombinasi suhu ekstrem dan polusi partikel halus tingkat tinggi.
Mengingat ada lebih banyak suhu tinggi yang ekstrem dan hawa dingin akibat krisis iklim, para penulis berpendapat bahwa orang-orang perlu lebih memperhatikan cuaca sebelum mereka keluar rumah dan melakukan tindakan pencegahan yang tepat jika mereka ingin menjaga kesehatan jantung mereka.
Para penulis mencatat mereka yang rentan mengalami serangan jantung dalam suhu ekstrem, seperti yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, harus memastikan untuk tetap berada di dalam ruangan pada hari-hari yang panas dan berpolusi tinggi.
Untuk mengurangi paparan polusi, ada baiknya menggunakan air purifier di dalam rumah. Selain itu, gunakan kipas angin dan pendingin ruangan saat cuaca panas. Jika Kawan harus keluar rumah, cobalah keluar lebih awal saat suhu udara lebih rendah dan kenakan pakaian yang longgar dan berwarna lebih terang.
Source: cnnindonesia