Panggung Apresiasi Kantor Bahasa NTT Adakan Festival Tunas Bahasa Ibu Revitalisasi Bahasa Rote
Written by SKFM on 24 November 2022
Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia menggelar Festival Tunas Bahasa Ibu, Revitalisasi Bahasa Rote.
Festival ini dibuka oleh Wakil Bupati Rote Ndao, Stefanus M Saek bertempat di Gedung Auditorium Ti’i Langga, Kecamatan Lobalain, Kabupaten Rote Ndao. Selasa, 22 November 2022.
Adapun kegiatan ini ditujukan bagi guru-guru, anak-anak sekolah tingkat SD dan SMP sebagai wujud pelestarian bahasa Rote yang menjadi objek revitalisasi Kantor Bahasa NTT.
Untuk diketahui, 5 bahasa yang menjadi objek revitalisasi bahasa daerah Kantor Bahasa NTT dalam implementasi program Merdeka Belajar Episode ke 17, Revitalisasi Bahasa Daerah diantaranya adalah Bahasa Dawan, Bahasa Manggarai, Bahasa Kambera, Bahasa Rote dan Bahasa Abui.
Dalam laporan panitia yang disampaikan oleh Koordinator Tata Usaha Kantor Bahasa NTT, Irwan Alfreed Pellondou mengatakan bahwa festival tunas bahasa ibu sebagai panggung apresiasi.
“Tujuan akhir dari kegiatan ini adalah bukan panggung festival, tetapi panggung apresiasi. Festival ini sebagai bentuk panggung apresiasi kami, karena kerja keras bapak ibu melatih anak-anak belajar bahasa Rote tanpa dibayar apapun,” kata Irwan.
Ia mengakui bahwa Kantor Bahasa NTT melihat panggung festival tersebut, sebagai bentuk apresiasi yang luar biasa terhadap bahasa tercinta, bahasa Rote.
“Sasaran kami adalah 40 sekolah yang kami latih pada Pelatihan Guru Utama di bulan Agustus lalu. Kami latih 40 guru untuk 40 sekolah guna mengimplementasikan bahasa Rote dalam pembelajaran ekstrakulikuler,” sebut Irwan.
Pelatihan guru utama yang dilaksanakan Kantor Bahasa NTT, menggunakan penutur asli Rote yakni bapak dan ibu guru.
“Kenapa sasaran kami anak sekolah dasar dan sekolah menengah pertama,” sebut Irwa sembari bertanya.
Dengan alasan, masih katanya, karena Kantor Bahasa NTT mengetahui bahwa regenerasi penutur asli itu akan punah suatu saat jikalau pelestarian bahasa Rote dari orang dewasa, sebagai orang tua tidak diwariskan pada anak cucu.
“Dari 40 guru sekolah yang dapat pelatihan bahasa Rote pada TOT di bulan Agustus lalu, yang kembali untuk mengapresiasi dirinya, anak muridnya, dan pembelajarannya sebanyak 38 sekolah, dalam artian 38 sekolah itu yang meneruskan apa yang dipelajari dalam pelatihan kepada anak-anak,” tandasnya.
“Lalu, dari 38 sekolah, jumlah peserta yang terdaftar pada kami ada 430 orang terhitung guru dan pesertanya,” sambungnya.
Irwan juga membayangkan, kalau dari 430 orang ini, apabila pulang dan menularkan bahasa Rote kepada 430 orang yang lain dan merambat kepada banyak orang, maka menurutnya, mimpi buruk bahwa bahasa ibu itu akan punah tidak akan terjadi di Rote.
“Bangga kalau anak-anak bisa belajar bahasa Rote, bahkan mengimplementasikan di dalam kehidupan sehari-hari. Apresiasi kita semua yakni sama-sama menghargai bahasa ibu kita,” terangnya.
Ia juga berharap, ketika festival berlangsung, para peserta bisa menikmati sebagai perayaan untuk mengapresiasi bahasa ibu yakni bahasa Rote.
“Nanti bapak ibu, adik-adik terpilih menjadi yang terbaik, harus menularkan ke teman-teman yang lain dan yang belum terpilih jadi yang terbaik dari dewan juri, jangan berkecil hati, tetapi yang terbaik adalah mengajarkan bahasa ibu, bahasa Rote kepada semua orang Rote,” jelas Irwan.
Selain itu, mewakili Kantor Bahasa NTT, Irwan berterima kasih kepada Pemerintah Daerah dalam hal ini Bupati, Wakil Bupati juga dinas pendidikan yang senantiasa mendukung pihaknya sejak pelaksanaan koordinasi, mulai dari tanggal 27 Juni 2022 dengan para stakeholder, kemudian di bulan Agustus Kantor Bahasa NTT melaksanakan Pelatihan Guru Utama/Training of Trainers (TOT), dilanjutkan pemantauan di bulan Oktober dan sampai hari ini.
Sebagai informasi, dalam festival tunas bahasa ibu, revitalisasi bahasa Rote, ada berbagai mata lomba yang diperlombakan yakni lomba kebalai, stand up komedi, puisi, pidato, cerita rakyat. Semua perlombaan ini dibawakan dalam bahasa Rote.
Source : tribunnews.com