Pakar Prediksi Skala Serangan Iran ke Israel Balas Kematian Haniyeh

Written by on

Suara Kupang – Sejumlah pakar kawasan Timur Tengah memprediksi skala serangan Iran ke Israel untuk membalas kematian pemimpin Hamas Ismail Haniyeh.

Pembunuhan kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran dan komandan tertinggi Hizbullah Fuad Shukr di Beirut telah membuat mata dunia tertuju pada Iran dan proksi.

Iran dan seluruh proksinya percaya Israel dalang di balik kematian Haniyeh. Israel hingga kini bungkam tak mau menanggapi tudingan itu. Meski begitu, Negeri Zionis mengakui bahwa Shukr memang dibunuh oleh Tel Aviv.

Negara-negara di dunia pun was-was konflik di Timur Tengah meluas dan meningkat. Pasalnya, Iran, Hamas, dan Hizbullah telah bersumpah bakal menghukum keras Israel atas kematian tokoh-tokoh penting mereka.

Agresi Israel di Jalur Gaza Palestina juga jadi salah satu pertimbangan Iran dan sekutu untuk menyerang habis-habisan Negeri Zionis. Sejak Oktober 2023, nyaris 40.000 warga Palestina tewas terbunuh di Gaza. Mayoritas korban anak-anak dan perempuan.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sendiri sudah menyatakan “siap untuk skenario apapun” usai dituding dalang pembunuhan Haniyeh. Netanyahu menegaskan bakal menuntut harga yang sangat mahal atas “agresi” di area Israel mana pun.

Iran kemungkinan bakal melakukan serangan balasan terbatas atau terukur atas pembunuhan Haniyeh di teritorinya.

Pembunuhan Haniyeh di ibu kota Teheran jelas merupakan penghinaan besar bagi pemerintah Iran yang kecolongan. Namun, kondisi itu dinilai tidak mengubah upaya Iran untuk menghindari perang kawasan yang lebih luas dengan Israel dan sekutu utamanya, Amerika Serikat.

“Saya tidak percaya eskalasi ada di pikiran para pengambil keputusan Iran,” kata manajer program Timur Tengah dan Afrika Utara di Institut Pelaporan Perang dan Perdamaian, Reza Akbari, kepada Al Jazeera.

“Karena itu, tentu saja, pembuat kebijakan Iran tidak bersatu,” lanjut dia.

Politik Iran sejak lama terpecah antara garis keras dan reformis. Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian merupakan seorang sentris atau reformis.

Sementara presiden sebelumnya, Ebrahim Raisi, merupakan garis keras. Insiden serangan Iran ke Israel pada April lalu terjadi ketika Iran masih di bawah pemerintahan Raisi.

Namun kini, di bawah pemerintahan Pezeshkian sang reformis, Iran kemungkinan lebih mempertimbangkan matang-matang konsekuensi yang akan terjadi ke depan apabila bertindak gegabah.

“Permainan yang Iran coba cari tahu adalah bagaimana cara membalas dan mengirim sinyal bahwa tindakan agresif seperti pembunuhan di wilayah Iran tidak boleh terjadi. Tentu tanpa memicu eskalasi,” kata Akbari.

Meski pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah bertekad untuk balas dendam dengan keras, namun upaya-upaya diplomatik Teheran belakangan ini telah meyakinkan pengamat bahwa keinginan Iran untuk perang besar hanyalah sedikit.

Baru-baru ini Teheran menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi.

“Semakin banyak bukti koordinasi yang kami miliki dan semakin banyak waktu yang dibutuhkan Iran, semakin besar kemungkinan tanggapan Iran akan terkendali,” kata analis politik yang berbasis di Tel Aviv, Ori Goldberg.

Source : https://www.cnnindonesia.com


Reader's opinions

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *



Current track

Title

Artist

Background
Open chat
Powered by