Cek Fakta: Tidak Benar Artikel PM Singapura Sebut Indonesia Tidak Akan Maju karena Gila Agama
Written by on
Suara Kupang – Beredar di media sosial postingan artikel PM Singapura mengomentari Indonesia sebagai negara yang tidak akan maju karena gila agama. Postingan itu beredar sejak dua pekan lalu.
Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 1 September 2024.
Dalam postingannya terdapat artikel CNBC Indonesia berjudul “PM Singapura Sebut: Negara Gila Agama, Negara Yang Tidak Akan Maju ContohNya Indonesia”
Akun itu menambahkan narasi:
“MUI cuek. Egp umat yg gobl*k2 langganan BLT dan negara menjadi eksportir TKW terbesar. Kalau umat gak gobl*k, fatwa turun pamor, MIU dicuekin.”
Lalu benarkah postingan artikel PM Singapura mengomentari Indonesia sebagai negara yang tidak akan maju karena gila agama?
Namun dalam postingan asli mempunyai judul “Siaga Ekonomi ASEAN, PM Singapura Beri Peringatan.” Berikut isi artikelnya:
“Jakarta, CNBC Indonesia – Perdana Menteri (PM) Singapura Lawrence Wong tiba-tiba memberi peringatan. Ini terkait meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.Ia mengatakan hal itu akan berdampak ke ekonomi negeri tersebut. Termasuk, ke kawasan secara lebih luas.
Hal itu ditegaskannya saat berbicara dalam pidato nasional yang digelar Minggu waktu setempat. Menurutnya “persaingan yang semakin ketat” antara Washington dan Beijing merupakan satu-satunya masalah geopolitik terbesar Singapura”.
“Kecurigaan dan ketidakpercayaan bersama akan terus berlanjut … yang memengaruhi perdagangan, keamanan, dan kerja sama internasional,” katanya sebagaimana ditulis Financial Times, dimuat Senin (19/8/2024).
“Sebagai negara kecil, yang sepenuhnya bergantung pada perdagangan dan lingkungan global yang stabil, kita pasti akan terkena dampaknya,” tambahnya.
Perlu diketahui Singapura sangat tergantung perdagangan global. Menurut Bank Dunia (World Bank), rasio perdagangan terhadap PDB Singapura mencapai 311% pada tahun 2023, salah satu angka tertinggi di dunia.
Ia pun mengatakan terlepas dari siapa yang memenangkan pemilihan presiden November di AS, jelas bahwa sikap Amerika terhadap China semakin keras. Sementara itu, China yakin bahwa AS sedang mencoba menahannya dan menekan kebangkitannya.
Baik di masa pemerintahan Donald Trump maupun saat ini Joe Biden, keduanya telah menaikkan tarif pada produk-produk China. Ini pun ditanggapi Beijing dengan tindakan balasan.
Di sisi lain, Wong juga memperingatkan tentang perubahan peta manufaktur global. Di mana negara-negara maju dulunya mengalihdayakan produksi ke lokasi yang lebih murah di Asia, kini mencoba membentuk kembali rantai pasokannya sendiri demi keuntungan sendiri.
“Era itu sudah berakhir”, katanya.
Diketahui AS dan Uni Eropa memang sama-sama berupaya mengurangi ketergantungan pada rantai pasokan China. Mereka lebih mengutamakan strategi nearshoring.
Pada tahun 2023 misalnya, AS membeli lebih banyak barang dari Meksiko daripada China. Ini merupakan pertama kalinya dalam 20 tahun terakhir,
Pidato Rapat Umum Hari Nasional Singapura dianggap sebagai acara politik tahunan paling penting di negara tersebut, yang biasanya disertai dengan inisiatif kebijakan dalam negeri. Ini bukan hanya pidato pertama Wong sebagai perdana menteri- diangkat Mei 2024, tetapi kemungkinan akan menjadi yang terakhir.
Pasalnya Singapura akan menyelenggarakan pemilihan umum segera. Sebelumnya pemilu berlangsung November 2025, tetapi secara luas diperkirakan akan diadakan lebih awal.
Bagi Singapura sendiri AS telah menjadi sekutu yang menyediakan sebagian besar kemampuan militer negeri itu. Sedangkan China adalah mitra dagang terbesar negara kota tersebut.
Sehingga menjaga hubungan baik dengan keduanya merupakan prioritas bagi Singapura. Walau di sisi lain juga merupakan tantangan yang semakin besar.”
Source : https://www.liputan6.com