Indonesia Mulai Terapkan Jurus Pengelolaan Sampah Makanan
Written by SKFM on 25 October 2021
SKFM NEWS – Indonesia mulai berupaya menerapkan strategi pengelolaan sampah makanan lewat kajian Food Loss and Waste dalam Rangka Mendukung Penerapan Ekonomi Sirkular dan Pembangunan Rendah Karbon yang diinisiasi Bappenas bekerja sama dengan Waste4Change, World Research Institute (WRI), dan didukung UK-FCDO.
Hasil Kajian FLW yang diluncurkan pada Juni 2021 lalu ini juga dapat dijadikan pedoman bersama untuk mengurangi timbulan FLW di Indonesia.
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2020 menyebutkan sampah makanan merupakan jenis sampah terbanyak yang timbul, yaitu 39,8 persen dari seluruh jenis sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Indonesia.
Perencana Direktorat Lingkungan Hidup, Bappenas, Anggi Pertiwi Putri, mengatakan data ini menimbulkan ketimpangan dengan kondisi kekurangan pangan yang terjadi di masyarakat, dimana 8,34 persen penduduk Indonesia masih mengalami kekurangan pangan.
“Selain itu, berdasarkan data dari Global Food Security Index (GFSI), Indonesia menempati peringkat ke-65 dari 113 negara, yang bahkan menempati posisi di bawah negara ASEAN lainnya. Oleh karena itu, integrasi pengelolaan Food Loss and Waste masuk menjadi prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024 untuk poin nomor 6, Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim, khususnya untuk Pembangunan Rendah Karbon,” ujar Anggi seperti dikutip dari Antara, Minggu (24/10).
Consulting Manager dan Team Leader FLW Study dari Waste4Change, Anissa Ratna Putri, memaparkan selama kurun waktu 2000 – 2019, timbulan Food Loss and Waste (FLW) Indonesia mencapai 115 – 184 kg/kapita/tahun. Atau, sambungnya, dengan kata lain total timbulan sebanyak 23 – 48 juta ton/tahun.
“Dari sisi sektor dan jenis pangan, timbulan terbesar terjadi di tanaman pangan, kategori padi-padian sebanyak 44 persen. Sementara sektor pangan paling tidak efisien adalah tanaman hortikultura, tepatnya di kategori sayur-sayuran, sebanyak 62.8 persennya tidak efisien. Artinya lebih banyak sayur-sayuran yang terbuang daripada yang terkonsumsi,” papar Anissa.
Lebih jauh, Hasil Kajian FLW Bappenas bersama Waste4Change tersebut menjadi referensi dan rekomendasi untuk menyusun strategi pengelolaan FLW dan upaya mengurangi FLW di Indonesia.
“Hasil kajian merekomendasikan 45 strategi yang dikelompokkan dalam 5 Arah Kebijakan Strategi Pengelolaan FLW di Indonesia, diantaranya Perubahan Perilaku, Pembenahan Penunjang Sistem Pangan, Penguatan Regulasi & Optimalisasi Pendanaan, Pemanfaatan FLW, Pengembangan Kajian & Pendataan FLW. Tanpa pengendalian, diestimasikan timbulan FLW Indonesia pada 2045 dapat mencapai 344 kg/kapita/tahun,” tutur Anissa.
“Sementara dengan skenario strategi yang disusun, diestimasikan timbulan FLW pada 2045 dapat ditahan di 166 kg/kapita/tahun. Oleh karena itu, Waste4Change pun ikut memberi solusi FLW dengan melakukan pengelolaan sampah bertanggung jawab dengan pengomposan dan pengolahan menggunakan Black Soldier Fly,” imbuhnya.
Salah satu strategi dan solusi pengelolaan FLW adalah pemanfaatan FLW, yang sudah diterapkan oleh organisasi bank makanan yang diinisiasi oleh kelompok masyarakat secara mandiri, salah satunya Garda Pangan.
“Kami mengumpulkan makanan berlebih dari restoran, katering, bakery, hotel, lahan pertanian, event, pernikahan, dan donasi individu, dengan melewati serangkaian uji kelayakan makanan, untuk disalurkan pada masyarakat pra-sejahtera di Surabaya dan sekitarnya,” ujar Founder Garda Pangan, Eva Bachtiar.
Hingga saat ini, Garda Pangan telah berhasil menyelamatkan 183,233 porsi makanan yang setara dengan 43 ton potensi sampah sisa makanan, dan telah mendistribusikan makanan-makanan tersebut ke 127,191 penerima manfaat.
“Kami berharap dapat semakin memperluas cakupan area kami, agar bisa menyelamatkan lebih banyak FLW, dan menyentuh lebih banyak masyarakat pra-sejahtera yang kekurangan pangan, di berbagai wilayah di Indonesia,” kata Eva.